Sabtu, 23 Februari 2013

Tari Gandrung

Diposting oleh Indah Pratiwi di Sabtu, Februari 23, 2013
Lebih dari sekedar tarian, gandrung adalah penggambaran bagaimana warga Osing terpesona kepada Dewi Sri yang diyakini sebagai dewi yang welas asih dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu sebagai usaha dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya serta wujud nyata atas pencitraan satu daerah, pemerintah setempat telah menetapkan gandrung menjadi ikon sekaligus maskot bagi Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur.

Sejarah



Mula-mula tari gandrung ditarikan oleh penari laki-laki yang didandani layaknya perempuan. Namun
setelah masuknya ajaran Islam yang melarang berbagai praktek transvestisme yakni berdandan menyerupai perempuan, gandrung laki-laki mulai lenyap.
Kemunculan gandrung perempuan diawali dengan cerita yang dipercaya penduduk setempat bahwa dahulu kala ada seorang ibu yang bernadzar atas putrinya yang sakit dan tidak kunjung sembuh walau telah berobat kemana-mana.
Dalam janjinya sang ibu berkata, apabila putrinya sembuh maka sang bocah akan dijadikan seblang.  Lewat beberapa waktu ternyata gadis belia itu sembuh. Selanjutnya ‘Semi’-pun menjadi seblang perempuan pertama dan sekaligus babak baru dalam tarian gandrung.

Seblang
Selain cikal bakal dari tari gandrung, hingga saat ini seblang merupakan tarian ritual bagi masyarakat Osing khususnya di desa Bakungan dan Olehsari Kecamatan Glagah – Kab. Banyuwangi. Ritual seblang bertujuan untuk bersih desa ataupun tolak bala, supaya warganya hidup aman, tentram dan panen tetap melimpah.
Penari seblang dipilih dari garis keturunan perempuan penari seblang sebelumnya oleh seorang dukun. Yang unik adalah jika di desa Olehsari penarinya harus gadis yang belum akil baliq sedang di desa Bakungan penarinya adalah wanita lanjut usia. Dan para penari tersebut hanya diwajibkan menari sekali seumur hidupnya.
Setelah melewati prosesi upacara pemanggilan roh, sang penari seblang yang sudah kerasukan tersebut akan menari dengan mata terpejam dibawah arahan sang dukun serta musik pengiring.
Tari Seblang hanya bisa disaksikan pada waktu tertentu yakni satu minggu setelah hari raya Idul Fitri di desa Olehsari, sedangkan di desa Bakungan pelaksanaan ritual seblang satu mingu setelah hari raya Idul Adha.

Gandrung
Walau diawal kemunculannya, gandrung hanya boleh ditarikan oleh keturunan gandrung/seblang sebelumnya. Akan tetapi dalam perkembangannya gandrung telah banyak dipelajari oleh gadis-gadis muda untuk dijadikan sebagai mata pencaharian, disamping untuk mempertahankan kelestarian tari gandrung sendiri.
Tari gandrung biasanya dipentaskan untuk banyak acara, seperti, bersih desa, pethik laut, khitanan, perkawinan, dll. Waktu pagelaran dimulai diatas jam 9 dan berakhir menjelang ayam berkokok (sekitar jam 4 pagi).
Secara keseluruhan pementasan tari gandrung terdiri atas tiga (3) babak yakni:
Pertama, Jejer Gandrung yang berarti tarian pembuka. Bagian awal tari gandrung inilah yang banyak dipelajari dan sering ditarikan pada acara-acara umum.
Kedua, Paju/ Ngibing, dimana penari gandrung melemparkan selendangnya pada para penonton/tamu laki-laki untuk diajak menari bersama.
Yang ketiga, Seblang Shubuh merupakan bagian penutup dari pementasan gandrung. Sang gandrung menari sambil memainkan kipas dan menyayikan lagu-lagu bertema sedih diiringi irama gamelan yang mendayu-dayu.
Biasanya untuk seblang  shubuh ditarikan oleh gandrung yang berumur dan masih mempunyai garis keturunan seblang/gandrung. Sebab sesi ini mengandung unsur mistis yang terikat kuat dengan ritual seblang yang merupakan ritual penyembuhan dan penyucian (Wedhya Wardani).

0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 23 Februari 2013

Tari Gandrung

Lebih dari sekedar tarian, gandrung adalah penggambaran bagaimana warga Osing terpesona kepada Dewi Sri yang diyakini sebagai dewi yang welas asih dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu sebagai usaha dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya serta wujud nyata atas pencitraan satu daerah, pemerintah setempat telah menetapkan gandrung menjadi ikon sekaligus maskot bagi Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur.

Sejarah



Mula-mula tari gandrung ditarikan oleh penari laki-laki yang didandani layaknya perempuan. Namun
setelah masuknya ajaran Islam yang melarang berbagai praktek transvestisme yakni berdandan menyerupai perempuan, gandrung laki-laki mulai lenyap.
Kemunculan gandrung perempuan diawali dengan cerita yang dipercaya penduduk setempat bahwa dahulu kala ada seorang ibu yang bernadzar atas putrinya yang sakit dan tidak kunjung sembuh walau telah berobat kemana-mana.
Dalam janjinya sang ibu berkata, apabila putrinya sembuh maka sang bocah akan dijadikan seblang.  Lewat beberapa waktu ternyata gadis belia itu sembuh. Selanjutnya ‘Semi’-pun menjadi seblang perempuan pertama dan sekaligus babak baru dalam tarian gandrung.

Seblang
Selain cikal bakal dari tari gandrung, hingga saat ini seblang merupakan tarian ritual bagi masyarakat Osing khususnya di desa Bakungan dan Olehsari Kecamatan Glagah – Kab. Banyuwangi. Ritual seblang bertujuan untuk bersih desa ataupun tolak bala, supaya warganya hidup aman, tentram dan panen tetap melimpah.
Penari seblang dipilih dari garis keturunan perempuan penari seblang sebelumnya oleh seorang dukun. Yang unik adalah jika di desa Olehsari penarinya harus gadis yang belum akil baliq sedang di desa Bakungan penarinya adalah wanita lanjut usia. Dan para penari tersebut hanya diwajibkan menari sekali seumur hidupnya.
Setelah melewati prosesi upacara pemanggilan roh, sang penari seblang yang sudah kerasukan tersebut akan menari dengan mata terpejam dibawah arahan sang dukun serta musik pengiring.
Tari Seblang hanya bisa disaksikan pada waktu tertentu yakni satu minggu setelah hari raya Idul Fitri di desa Olehsari, sedangkan di desa Bakungan pelaksanaan ritual seblang satu mingu setelah hari raya Idul Adha.

Gandrung
Walau diawal kemunculannya, gandrung hanya boleh ditarikan oleh keturunan gandrung/seblang sebelumnya. Akan tetapi dalam perkembangannya gandrung telah banyak dipelajari oleh gadis-gadis muda untuk dijadikan sebagai mata pencaharian, disamping untuk mempertahankan kelestarian tari gandrung sendiri.
Tari gandrung biasanya dipentaskan untuk banyak acara, seperti, bersih desa, pethik laut, khitanan, perkawinan, dll. Waktu pagelaran dimulai diatas jam 9 dan berakhir menjelang ayam berkokok (sekitar jam 4 pagi).
Secara keseluruhan pementasan tari gandrung terdiri atas tiga (3) babak yakni:
Pertama, Jejer Gandrung yang berarti tarian pembuka. Bagian awal tari gandrung inilah yang banyak dipelajari dan sering ditarikan pada acara-acara umum.
Kedua, Paju/ Ngibing, dimana penari gandrung melemparkan selendangnya pada para penonton/tamu laki-laki untuk diajak menari bersama.
Yang ketiga, Seblang Shubuh merupakan bagian penutup dari pementasan gandrung. Sang gandrung menari sambil memainkan kipas dan menyayikan lagu-lagu bertema sedih diiringi irama gamelan yang mendayu-dayu.
Biasanya untuk seblang  shubuh ditarikan oleh gandrung yang berumur dan masih mempunyai garis keturunan seblang/gandrung. Sebab sesi ini mengandung unsur mistis yang terikat kuat dengan ritual seblang yang merupakan ritual penyembuhan dan penyucian (Wedhya Wardani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

^^ Warung Ndoprok ^^ Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare