Lebih dari sekedar tarian, gandrung adalah penggambaran bagaimana
warga Osing terpesona kepada Dewi Sri yang diyakini sebagai dewi yang
welas asih dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Oleh karena itu sebagai usaha dalam menjaga dan melestarikan warisan
budaya serta wujud nyata atas pencitraan satu daerah, pemerintah
setempat telah menetapkan gandrung menjadi ikon sekaligus maskot bagi
Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur.
Sejarah
Mula-mula tari gandrung ditarikan oleh penari laki-laki yang
didandani layaknya perempuan. Namun
setelah masuknya ajaran Islam yang
melarang berbagai praktek transvestisme yakni berdandan menyerupai
perempuan, gandrung laki-laki mulai lenyap.
Kemunculan gandrung perempuan diawali dengan cerita yang dipercaya
penduduk setempat bahwa dahulu kala ada seorang ibu yang bernadzar atas
putrinya yang sakit dan tidak kunjung sembuh walau telah berobat
kemana-mana.
Dalam janjinya sang ibu berkata, apabila putrinya sembuh maka sang
bocah akan dijadikan seblang. Lewat beberapa waktu ternyata gadis belia
itu sembuh. Selanjutnya ‘Semi’-pun menjadi seblang perempuan pertama
dan sekaligus babak baru dalam tarian gandrung.
Seblang
Selain cikal bakal dari tari gandrung, hingga saat ini seblang
merupakan tarian ritual bagi masyarakat Osing khususnya di desa Bakungan
dan Olehsari Kecamatan Glagah – Kab. Banyuwangi. Ritual seblang
bertujuan untuk bersih desa ataupun tolak bala, supaya warganya hidup
aman, tentram dan panen tetap melimpah.
Penari seblang dipilih dari garis keturunan perempuan penari seblang
sebelumnya oleh seorang dukun. Yang unik adalah jika di desa Olehsari
penarinya harus gadis yang belum akil baliq sedang di desa Bakungan
penarinya adalah wanita lanjut usia. Dan para penari tersebut hanya
diwajibkan menari sekali seumur hidupnya.
Setelah melewati prosesi upacara pemanggilan roh, sang penari seblang
yang sudah kerasukan tersebut akan menari dengan mata terpejam dibawah
arahan sang dukun serta musik pengiring.
Tari Seblang hanya bisa disaksikan pada waktu tertentu yakni satu
minggu setelah hari raya Idul Fitri di desa Olehsari, sedangkan di desa
Bakungan pelaksanaan ritual seblang satu mingu setelah hari raya Idul
Adha.
Gandrung
Walau diawal kemunculannya, gandrung hanya boleh ditarikan oleh
keturunan gandrung/seblang sebelumnya. Akan tetapi dalam perkembangannya
gandrung telah banyak dipelajari oleh gadis-gadis muda untuk dijadikan
sebagai mata pencaharian, disamping untuk mempertahankan kelestarian
tari gandrung sendiri.
Tari gandrung biasanya dipentaskan untuk banyak acara, seperti,
bersih desa, pethik laut, khitanan, perkawinan, dll. Waktu pagelaran
dimulai diatas jam 9 dan berakhir menjelang ayam berkokok (sekitar jam 4
pagi).
Secara keseluruhan pementasan tari gandrung terdiri atas tiga (3) babak yakni:
Pertama, Jejer Gandrung yang berarti tarian pembuka. Bagian awal tari
gandrung inilah yang banyak dipelajari dan sering ditarikan pada
acara-acara umum.
Kedua, Paju/ Ngibing, dimana penari gandrung melemparkan selendangnya
pada para penonton/tamu laki-laki untuk diajak menari bersama.
Yang ketiga, Seblang Shubuh merupakan bagian penutup dari pementasan
gandrung. Sang gandrung menari sambil memainkan kipas dan menyayikan
lagu-lagu bertema sedih diiringi irama gamelan yang mendayu-dayu.
Biasanya untuk seblang shubuh ditarikan oleh gandrung yang berumur
dan masih mempunyai garis keturunan seblang/gandrung. Sebab sesi ini
mengandung unsur mistis yang terikat kuat dengan ritual seblang yang
merupakan ritual penyembuhan dan penyucian (Wedhya Wardani).
Adab Makan dan Minum 2
-
Makan dan minum bagi seorang muslim sebagai sarana untuk menjaga kesehatan
badannya supaya bisa manegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karenan...
11 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar